Kukuruyuk, bunyi kokok ayam jantan neneku terdengar nyaring. Perlahan kokoknya semakin bersahutan dengan ayam tetangga, membangunkanku dari sisi mimpi yang melenakan. Mataku yang masih separuh enggan untuk terbuka mengerjap-ngerjap mencoba untuk mengusir rasa kantuk yang masih bergelayut. Kulihat alam sekitar, ternyata koncoku ‘sahabatku’ si korea kafiran Jenar masih khusuk masyuk dengan tidurnya. Dengan gegas akupun mencoba membangunkanya, ‘ Jen..,jen…, tangi! ‘ ( Jen…,Jen…, bangun! ), tapi apa daya sodara, ternyata tak ada reaksi. Rupanya kebiasaan kebluk dari temanku ini belum berubah, masih saja sama ketika masih jaman kuliah dahulu. Akhirnya setelah bersusah payah membangunkanya sekali lagi, sayapun berterimakasih terhadap air wudhu yang masih basah di tangan saya. Temanku ini terbangun dengan sedikit usapan air wudhu dimukanya. Agak jahat sih rasanya, akan tetapi saya tidak punya pilihan lain mengingat padatnya acara hari ini (sedikit didramatisir, heheheh).
Pagi itu kami memang mempunyai acara untuk berplesir ria alias berwisata ke beberapa tempat yang berada di Jogjakarta. Salah satu destinasi yang kami tuju adalah air terjun Sri Gethuk yang cukup terkenal. Air terjun ini terkenal karena letaknya yang berada pada kabupaten paling kering di provinsi DIY, yaitu kabupaten Gn. Kidul. Mengherankan bukan ?. Eits, anda jangan heran dengan hal tersebut !. Gn. Kidul yang merupakan daerah terkering di Jogjakarta namun bukanlah daerah yang sepenuhnya kering, tanahnya yang masuk dalam jajaran pegunungan sewu dan merupakan jalur pegunungan karst memiliki banyak sumber air bawah tanah. Jika melihat dari sisi tersebut maka tidak heran jika air terjun ini terus mengalir sepanjang tahun.